Di Indonesia, kita tentu tidak asing
dengan kalimat bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para
pahlawannya, begitulah kiranya petikan kalimat dalam pidato Ir. Soekarno. Namun,
apakah sebuah perubahan hanya cukup dengan menghargai jasa para pahlawan
melalui ucapan selamat hari pahlawan maupun dengan perayaan formal yang biasa
dilakukan. Nyatanya, sebagai seorang pemuda seharusnya mampu
menginternalisasikan nilai-nilai kepahlawanan sebagai bentuk revitalisasi
nilai-nilai kepahlawanan untuk membentuk karakter bangsa.
Sebagai refleksi bersama, maka
penting bagi penerus pahlawan untuk menjadi pahlawan masa kini dengan cara
menginternalisasikan nilai-nilai kepahlawanan sesuai dengan masa yang terjadi
saat ini. Seorang pahlawan identik dengan mengabdi dan mampu berkontribusi
maupun manfaat serta maslahat bagi umat dan bangsa. Rela berjuang dan penuh
ketulusan terhadap Tuhan, kemanusiaan dan kebangsaan, itulah yang menjadi corak
nilai-nilai kepahlawanan. Jika, pahlawan zaman dahulu mampu memberikan
kontribusi yang sangat lekat dalam ingatan dan sebuah catatan peradaban, maka
penting bagi kaum muda sekarang turut serta melanjutkan perjuangan dengan
segala media yang tersedia saat ini. Sejatinya, para pahlawan itu adalah aset
bagi bangsa sebab mereka telah ikhlas mendedikasikan jiwa maupun raganya demi
meraih, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
Saat ini, kita memang tidak sedang
mengalami masa penjajahan. Akan tetapi, bukan berarti nilai-nilai kepahlawanan
harus dimusnahkan. Sebab, tanpa kita sadari, ada sebuah sistem yang menjajah
bangsa ini, meski tidak secara tumpah darah seperti yang terjadi dizaman
proklamasi. Untuk itu, sifat dan sikap heroisme sangat diperlukan untuk
mempertahankan kemerdekaan ini. Meski, kekuatan kita tidak sekuat pahlawan,
namun semangat kita harus setara untuk berkobar. Jika menilik Palestina maupun
negara lainnya yang masih rela menumpahkan darahnya untuk menegakkan hak-hak
mereka, maka di Indonesia jauh dari kata itu. Di Indonesia, keadaan dan kondisi
sangat aman, hanya saja penjajah yang nyata adalah pemuda yang tidak mau
belajar dan membaca. Akan menjadi hal yang sangat penting bagi para pemuda
untuk melakukan gerakan-gerakan literasi guna mengetahui betapa hebatnya
pahlawan yang sudah mengorbankan sepenuh diri untuk Indonesia yang lebih baik
lagi. Tidak hanya itu, sebagai seorang pemuda seharusnya mampu memahami apa
yang telah dilakukan oleh para pahlawan pendiri negeri ini dan ikut serta
melakukan apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan dalam konteks semangat
perjuangan sehingga generasi penerus tidak merusak apa yang telah dilakukan
oleh the founding father kita.
Maka, dapat disimpulkan bahwa pemuda
harus terpacu semangatnya untuk tetap belajar guna meneruskan perjuangan luhur
yang sampai saat ini terkenang dalam ingatan. Bukan hanya belajar untuk diri
sendiri, namun mampu mengaplikasikan serta menginternalisasikan nilai-nilai
yang didapatkan untuk berkontribusi serta mendedikasikan ilmunya dalam
mempertahankan kemerdekaan. Walaupun, saat ini kita tidak sedang mendapat
penjajahan dari bangsa luar akan tetapi kita sedang dijajah oleh pemuda yang
malas dalam menambah kualitas diri. Kita dijajah oleh mahasiswa-mahasiswa yang
hanya mementingkan diri sendiri. Kita dijajah oleh pemuda-pemudi yang banyak tergerus oleh budaya-budaya asing yang berpotensi merusak pemudi saat ini. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk
bersama-sama mempertahankan nilai-nilai kepahlawanan, kebudayaan dan spriti perjuangan yang sudah ada.