MEMBANGUN PARADIGMA, ISLAM SEBAGAI KURIKULUM PENDIDIKAN TERBAIK
Membangun paradigma, Islam sebagai kurikulum pendidikan terbaik
( Hafis Kaunang M. Ataji )
Indonesia adalah negara berkembang, dengan jumlah penduduk yang besar. Indonesia dikenal dunia dengan budaya dan kearifan lokal yang betul-betul tercermin dari setiap segi kehidupan rakyat Indonesia. Indonesia dijuluki sebagai negara dengan penduduknya yang sangat ramah dan baik yang merupakan ciri melekat walupun hari ini perlahan-lahan mulai luntur.
Selalu yang menjadi pertanyaan kita adalah
apa yang mendasari hebat dan kuatnya negara kita sehingga hari ini, kita merasakan kemerdekaan? Lalu apa yang menjadi bangsa ini dikenal sebagai negara yang ramah dan berakhlak mulia oleh dunia ketika itu? Dan Lalu apa yang menyebabkan penjajah Belanda, dan Jepang lari terbirit-birit dari Indonesia?
Jawabnya Baik dan hebatnya negara kita adalah cerminan hebat dan kuatnya pendahulu negara kita, tangguh dan cerdasnya negara kita adalah berkat otak-otak cerdas para pendahulu bangsa kita. Dan, yang terpenting yang akan menjadi point pembahasan kita adalah kuat dan hebatnya negara kita ini tersebab Taqwa dan Iman para pahlawan kita kepada Allah Subhahuwata'ala, mental mereka membaja, kaki mereka seperti kaki kuda, jiwa mereka merah, iman mereka kuat, dan semangat mereka adalah semangat menegakkan dinnul Islam ( Agama Islam ) Allahu Akbar.
Teringat salah satu ucapan bung Tomo yang amat membekas dihati masyarakat Indonesia. Beliau berkata, " Sekiranya saya tidak memiliki ucapan penyemangat yaitu Allahu Akbar, saya tidak tahu lagi akan membakar semangat para pemuda dengan apa kala itu". Ingatlah saudaraku kita adalah bangsa yang dimenangkan oleh Allah subhahuwata'ala atas penjajah kita, berkat ketaqwaan dan keimanan yang tinggi dari pemimpin bangsa kita, panglima perang kita adalah panglima perang yang selalu berkata Allahu Akbar untuk menggerakkan ribuan pasukan untuk menyerang penjajah. Mereka adalah generasi terbaik bangsa ini dan mereka adalah generasi kuat bermentalkan Tauhid. Landasan kuat inilah sehingga penulis ingin mengembalikan esensi kehidupan dengan semangat kemerdekaan, membangun kembali segi kebangsaan yang runtuh dengan semangat para pejuang, meletakkan dan menghidupkan lagi daya-daya juang bangsa dengan apa yang telah diupayakan oleh pendahulu kita, yaitu semangat ketuhanan yang Maha Esa, tentunya dengan semangat Pancasila. Pendidikan adalah yang paling layak untuk mendapatkan porsi yang paling besar, mendapatkan jatah paling banyak dan mendapatkan perhatian yang paling tinggi karena ini demi menjaga eksistensi bangsa, menegakkan punggung dan tulang serta sendi-sendi kehidupan bernegara semua itu demi bangsa Indonesia yang kuat, bermoral dan cerdas. Upaya-upaya ini selalu dimunculkan, program-program selalu ditawarkan, membangun kepercayaan masyarakat dengan mengupayakan pendidikan yang berbasis teknologi, berbasis kepada kecerdasan siswa, mengoptimalkan siswa untuk kreatif dan mengaplikasikan budaya lokal dalam pendidikan untuk kembali menjadi aspek kehidupan bangsa adalah yang selalu menjadi Role of models setiap kurikulum yang ditawarkan.
Ketika kita membuka sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia, Perubahan kurikulum di Indonesia telah terjadi sebanyak 10 kali, dari Kurikulum 1947 (Rencana Pelajaran 1947), Rencana Pelajaran Terurai 1952, Rencana Pendidikan 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, hingga Kurikulum 2013. Menjadi pewarna dan inovasi pendidikan yang ada. Kita semua setuju bahwa 10 kali bangsa kita mengembangkan kurikulum artinya ada 10 kali inovasi dan kemajuan, demi teguh diatas goncangan globalisasi dunia termasuk berefek cukup besar terhadap transformasi pendidikan di Indonesia.
Dan sebetulnya semua itu adalah dalam rangka menyempurnakan metode pembelajaran, meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif peserta didik dan selalu menawarkan berbagai macam bentuk metode untuk menanamkan rasa cinta tanah air serta perilaku moral bangsa Indonesia, demi terciptanya generasi penerus yang bukan hanya cerdas secara kognitif tapi juga cerdas dan baik dari dalam hati dan jiwanya berlandaskan akhlak mulia.
Lalu dari kesepuluh perkembangan dan pengembangan kurikulum di Indonesia, sudahkan kita melihat hasil yang nyata atas perubahan? sudahkan bisa kita mengatakan bahwa negara Indonesia adalah negara dengan pendidikan yang layak secara proses dan layak secara hasil? Karena kita selalu berbicara input yang diberikan maka kita juga harus membahas output yang dihasilkan. Indonesia yang diawal tulisan ini saya katakan negara yang Arif, negara yang ramah dan negara yang sangat bersahabat, memang sampai hari ini itu masih terasa namun juga bisa saya katakan masih tersisa, karena sudah barang yang langka untuk kita temukan pada genarasi X milenial ini. Kita harus berbicara berdasarkan fakta, mari kita bandingkan dengan kejadian dahulu dengan sekarang. Zaman dahulu guru adalah seseorang yang sangat dihormati, guru dengan semboyan "digugu lan ditiru" benar-benar menjadi sosok besar yang bahkan juga ditakuti, bahasanya jika guru sudah memegang penggaris panjang ditangannya maka siapapun yang bersalah ia akan merasakan pedihnya sabetan yang meluncur deras. Ada lagi ketika dahulu pada zaman 80-an sampai 90-an melewati guru didepannya semua anak-anak merundukkan badan dan mengucapkan salam dengan hormatnya, dan satu lagi mental anak-anak jaman dulu adalah mental pejuang yang kuat berangkat sekolah berkilo-kilo meter hanya dengan berjalan kaki atau paling hebat menaiki sepeda gunung. Lalu kita bandingkan dengan generasi mileneal yang saat ini hidup dalam kemajuan teknologi dan hidup dalam kemudahan akses internet serta hidup dalam kehidupan serba instan dan cepat dalam hal apapun. Kita temukan ditahun-tahun generasi ini selalu muncul diberita, dengan judul seorang murid menganiaya gurunya, sekelompok siswa di suatu daerah terlibat aksi tawuran dan pembegalan serta pemalakan. Seorang siswa melahirkan di kamar mandi, diduga hamil diluar nikah seseorang tega membuang dan membunuh anaknya yang baru dilahirkan. Inikah yang kita saksikan, inikah yang menjadi tontonan kita diberita sehari-hari?
Terlepas dari kemajuan teknologi untuk menyebar luaskan berita saat ini, tapi semua orang sepakat bahwa hasil pendidikan dulu dengan sekarang jauh berbeda, anak-anak hasil didikan para guru yang dihormati jauh lebih baik dibandingkan anak-anak yang moral dan akhlaqnya lepas dari kendali. Kita selalu bertanya-tanya akan jadi apa Indonesia jika negara kita dipimpin oleh hasil pendidikan yang gagal dengan output yang telah kita saksikan diatas? Tentunya kita harus tahu akar permasalahannya, harus paham betul apa yang diperlukan dalam pendidikan kita, harus mengerti dan mendalami apa yang menjadi keresahan bangsa Indonesia kita akan pendidikan. Belakangan ini mas Mentri pendidikan Nadiem Makarim menyampaikan sesuatu yang baru, dengan latar belakang beliau dari seorang pengusaha sebut saja CEO Gojek Indonesia, adalah terobosan baru dalam pendidikan kita, beliau merumuskan Pendidikan Merdeka. Ini adalah terobosan jitu dengan nama yang sangat saya sukai sebagai seorang pendidik, ini adalah awal bahasan kita pada tulisan ini, namun saya akan mengembalikan kepada esensi merdeka, yaitu tanpa adanya batasan dan intervensi dari pihak manapun dalam mendirikan bangsa dan berdaulat diatasnya.
Saudaraku Rahimakumullah kita beranjak kepermasalahan yang kita akan kupas, dari setiap terobosan yang pernah dilakukan oleh pemuka bangsa ini, dari setiap kurikulum yang baru dan hangat selalu ada segi yang tidak banyak dimasukkan, ada unsur yang hanya sedikit dikembangkan dan diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan. Yaitu adalah Islam sebagai kurikulum dalam mengembangkan kurikulum, Islam sebagai kurikulum acuan atau patokan yang kembang dan berkembangnya suatu kurikulum dengan berlandaskan semangat dan kibar kuatnya bendera bangsa ini, tersebab merdeka bernafaskan Islam, berpancasila yang lima, sila yang pertama ketuhanan yang Maha Esa. Bangsa kita, rakyat kita dan seluruh elemen masyarakat Indonesia sepakat dan sangat mengharapkan wajah penerus bangsa ini adalah wajah-wajah yang berseri-seri, wajah yang optimis, hati yang benar-benar tulus dan bertaqwa kepada Allah Subhahuwata'ala sebagai landasan utama dalam menggerakkan jiwa, untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Negara kita adalah negara yang besar dan besar karena umat Islamnya juga besar, dan terbesar di dunia. Kita harus dan patut bangga karena negara ini adaah kiblatnya jumlah penduduk beragama Islam, tentu dan patut kita upayakan bersama Islam adalah metode terbaik dalam segala kehidupan, cara paling tepat untuk mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik, karena jika bukan kita yang mengajarkan ilmu pengetahuan Islam kepada anak kita maka bisa jadi musuh-musuh Islam akan datang dan mencuci otak-otak anak bangsa untuk menjadi pengemis dibangsanya sendiri, merusak dan menjadi teroris untuk saudaranya sendiri. Jangan sampai saudaraku.
Bangsa ini selalu menginginkan penerus bangsa yang takut kepada Tuhan sehingga tidak ada lagi koruptor, dan semua itu bisa didapatkan jika pelajaran Tauhid disebarkan dan didakwahkan. Kita kuatkan dulu nilai-nilai tauhid kepada hati-hati peserta didik kita. Kita berikan pondasi terkuat dalam membangun dirinya, kita pupuk dengan Tauhid, mengesakan Allah karena hasilnya adalah hidupnya manusia adalah merasa terawasi oleh Dzat yang maha Esa, Allah Subhahuwata'ala. Dan merasa takut akan kebesaran dan kuasanya.
Semangat para pendahulu kita dalam mengajarkan Dinnul Islam mulai berkembang luas ketika K.H. Ahmad Dahlan menerapkan dan memfokuskan dakwah kepada Tashfiyah (pemurnian) agama Islam memberantas TBC ( Takhayul, Bid'ah dan Kurofat), mengembalikan kepada ajaran Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam dan melakukan Taribiyah pembinaan generasi dengan pembinaan diatas agama yang Haq yaitu Islam.
Kita bersyukur menjamurnya sekolah Muhammadiyah, NU dan serta masyarakat Islam sekarang mendirikan sekolah berbasis kepada Islam dan mengintegrasikan Islam kedalam pendidikan. Ini adalah bentuk kemajuan dalam pendidikan, artinya output yang diharapkan adalah siswa yang kuat secara Aqidah dan Iman.
Tetapi, kita juga sangat berharap hal ini juga perlu diterapkan dengan kuat di sekolah-sekolah negeri, universitas-universitas negeri. Karena kita sangat butuh dan percaya bahwa dunia dan seisinya adalah milik Allah Azza Wa jalla, maka apabila kita menyebarkan dakwah islam, kita telah menjadi insan kebaikan untuk agama Allah.
Bayangkan dengan menerapkan pendidikan berbasis kepada Islam, anak didik kita bisa menghafal Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa salam untuk akhirat mereka. Mereka juga bisa merasakan pelajaran umum untuk dunia mereka. Hal yang tidak didapatkan secara maksimal di sekolah Negeri yang belum secara maksimal menerapkan Islam sebagai kurikulum pendidikan.
Terakhir membangun paradigma bahwa Islam sebagai kurikulum pendidikan terbaik adalah PR besar kita sebagai umat Muslim, karena tentunya lawan kita adalah orang-orang kafir yang menawarkan dunia kepada anak didik kita. Janganlah sampai anak didik kita hidupnya hanya berorientasi kepada harta dan kekayaan serta jabatan, tapi hasil yang sama-sama kita ingin harapkan adalah anak-anak peserta didik kita baik secara agama, kuat secara Tauhid, takut untuk berbohong, mengutamakan negara dan kemajuan negara dengan beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhahuwata'ala. Sehingga jika Mereka yang menduduki tempat tertinggi dalam jabatan negara ini, bangsa ini selalu berorientasikan kepada akhirat, karena yang didapatkan dunia dan akhirat, sedangkan bangsa yang orientasinya adalah dunia maka dunia hanya sebatas yang diberikan oleh Allah subhahuwata'ala dan ia telah menyia-nyiakan akhiratnya.
Semoga Allah memberikan taufiq dan Hidayah kepada pemimpin bangsa ini, untuk senantiasa menjaga keutuhan NKRI dengan bertaqwa kepada Allah Subhahuwata'ala.
Barakallah fikum