MENYOAL KEPANTASAN
Tiba-tiba keinget waktu sedang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), dulu saat SD, saya selalu diberi uang saku paling besar 2000. Kalaupun pernah 5000, itu hanya karna tidak ada recehan 2000, sehingga 5000 itu diamanahkan untuk uang saku selama dua hari.
Kalau sekarang, paling tidak membutuhkan saku 10.000/hari, hehe. Ya itu baru buat makan ayam geprek satu kali, belum bensinnya, atau keperluan lainnya.
Hal ini membuatku berpikir bahwa semakin dewasa secara usia, kebutuhan kita bertambah, ya semoga sih seiring dengan itu diimbangi dengan pola pikir yang bertumbuh. Tapi kali ini, poin yang saya soroti bukan soal itu, melainkan soal kepantasan kapan kita menerima sesuatu.
Sewaktu SD, kita diberi uang saku sesuai kadar kebutuhan kita, bayangin aja kalau kita minta uang 1000.000, serasa buat apa sih anak SD bawa uang ke sekolah sebesar itu.
Nggak cuma itu, sih. Pelajaran waktu SD menuju jenjang selanjutnya itu selalu bertahap, kalau dianalogikan ya kaya naik tangga gitu, ada stepnya, ada prosesnya, dan ada upayanya.
Hal itu buat saya jadi paham, permintaan dan doa kita selama ini belum dikabulkan bisa jadi karena memang kita belum pantas menerimanya. Allah itu Maha Baik, menyayangi hamba-Nya tanpa pilih. Allah mengetahui kadar kesiapan hamba dalam menerima segala perkara. Jadi kalau usaha dan doa kita merasa belum ada hasilnya, itu bukan alasan yang membuat kita untuk menghujat takdir, melainkan adalah hal yang meyadarkan kita kalau kapasitas kita, wadah kita, diri kita belum pantas untuk menerima apa yang kita minta.
Sebenarnya memang kita seharusnya tidak terfokus pada hasil dari usaha, melaikan fokus pada apa yang harus kita lakukan. Mengupayakan agar diri kita menjadi seorang yang luas wadahnya, agar apa yang kita minta memang sesuai dengan kapasitas kita. Analoginya, kalau wadah kita seluas ember, kita tidak bisa menampung air sebanyak bak mandi, maka dari itu tugas kita memperluas kapasitas dan wadah kita.
Untuk itu, hal yang perlu menjadi orientasi kita adalah menyoal kesiapan dan kepantasan kita. Siap dan pantas itu butuh proses yang panjang, tidak sesepele penilaian kita sendiri. Allah pasti lebih mengetahui kapan kita siap dan pantas mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan.
Terima kasih tulisan ya mengibspirasi untuk memperbaiki diri
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Jazakillah khoiron katsiiron...
Berarti secara sederhana lagi tugas kita tinggal bersyukur untuk mendapatkan kepantasan itu ya...