Takut Menikah: Perselingkuhan, Kekerasan Seksual dan Ketidakadilan
Sebagai seorang perempuan, tentu saya ikut merasakan betapa sakitnya kalau saya harus berada di posisi semua korban itu. Dan sebagai seorang manusia, saya tentu merasakan betapa kejamnya dunia memperlakukan perempuan sebegitu kejinya.
Dengan tidak menyamaratakan sikap dan sifat laki-laki, kasus akhir-akhir ini sedikit banyak membuka mata dan pikiran saya persolan selektif dalam memilih suami.
Mendengar berbagai kabar yang hampir keseluruhannya adalah menyoal hubungan tidak sehat antara laki-laki dan perempuan, baik itu perselingkuhan, kekerasan, dan ketidakadilan yang dialami perempuan membuatku memahami sedikitnya dua hal. Pertama, pakaian terbaik seorang manusia adalah iman dan ilmu. Ternyata, serapat-rapatnya perempuan dengan pakaiannya, justru tidak menutup kemungkinan bahwa itu belum bisa menutupi pikiran kotor laki-laki. Hal ini terbukti dari kasus korban Herry Wirawan. Secara penampilan, tentu santrinya sudah mengenakan pakaian-pakaian yang menutup. Tetapi, Herry Wirawan justru tidak mengenakan ilmu dan imannya untuk melindungi dirinya dari sikap yang tidak terpuji ini. Apapun alasannya, bagiku, Herry Wirawan tidak layak disebut seorang ustad, bahkan jika saya boleh mengatakan, dia seperti bukan seorang manusia.
Walaupun pada akhirnya, ini juga bisa menjadi intropeksi diri bagi perempuan, bahwa kita tidak seharusnya terjebak pada doktrin agama yang kaku. Sebut saja para korban Herry Wirawan terbujuk beberapa karena alasan godaan seorang Herry yang mengatakan 'Murid harus nurut dengan gurunya', meski secara keadaan psikologis, tentu mereka ada latar belakang takut, tertekan, dan ketidaksanggupan untuk melawan saat situasi mendesak terjadi, tapi paling tidak, melalui kasus ini kita bisa belajar bahwa tidak seharusnya kita terlalu termakan oleh doktrinasi agama yang kaku.
Kedua, hal yang sangat amat membekas dalam pikiran saya adalah tentang ketakutan-ketakutan para perempuan, boleh saja saya mengatakan termasuk perempuan yang dari kasus ini, semakin mawas diri.
Dari kasus Novia, kita sebagai seorang perempuan khawatir jika harus mendapat laki-laki yang ternyata tidak bertanggung jawab. Bukan menyoal pemerkosaan dan hamil diluar nikah. Tetapi konteks lain. Banyak diluaran sana, suami yang tidak bertanggung jawab. Banyak laki-laki yang meski bergelar suami malah menduakan istri, sebagaimana dikisahkan dan digambarkan film Layangan Putus yang menambah mawas banyak perempuan.
Dari kasus Herry Wirawan, membuat kita sebagai seorang perempuan tambah was-was lagi, bahwa ternyata tidak semua orang yang baik itu baik. Hal ini yang kadang mendorong pemikiranku untuk menyimpulkan bahwa 'Alah laki-laki mah suka bercanda doang', karena saya termasuk seorang perempuan yang tidak mudah percaya dengan laki-laki. Kita juga tidak pernah megetahui, bahwa ternyata kasus-kasus Herry kemungkinan juga terjadi di lingkungan kita.
Pun dari kasus Laura. Seorang selebgram yang memiliki kekasih bernama Gaga. Ia kecelakaan di tahun 2019 saat kekasihnya masih terpengaruh minuman keras, dia terluka parah bahkan kabarnya lumpuh. Sampai di tahun 2021, ia tersadarkan diri dan membongkar kekejian kekasihnya yang selama ia di rawat, kekasihnya mengambil uang yang ada di atm miliknya dan menduakannya. Ajib, sungguh b*adab sekali.
Pada intinya, hal-hal tersebut harus menyadarkan kita, terutama perempuan untuk hati-hati. Selektif dalam memilih, hati-hati dalam hati. Karena cinta juga harus dibarengi dengan logika.
Dan paling penting adalah, kita harus tetap belajar dan bertumbuh. Karena dunia, tidak hanya bisa dihadapi dengan mengandalkan kecantikan saja.