Aku dan Kerandoman Perempuan

Aku dan Kerandoman Perempuan

Sengaja hari ini tidak ingin membahas apapun. Tulisan ini akan berisi refleksi kegiatan di Jumat ini yang jujur tidak sefaedah hari kemarin. Tapi, aku tetap akan berbagi sebagai bentuk apresiasi untuk perjalanan yang berhasil ditaklukkan.

Sebagai seorang manusia biasa, aku kerap merasakan perasaan yang berbeda-beda. Didetik ini bahagia, padahal detik sebelumnya merasakan lara. Hari ini banyak ketawa, besok nangis terus isinya. Dinamis sekali, sampai aku punya sebuah slogan, “Hidup ini hanya berpindah dari plot twist 1 ke plot twist lainnya.” Iya kan? Kita tidak bisa menebak apa yang akan terjadi di detik berikutnya dalam hidup kita.

Begitupun aku, tiba-tiba tadi aku menghubungi beberapa temanku yang berkemungkinan melakukan perjalanan dari Yogyakarta ke Lampung. Tujuan komunikasiku adalah untuk menitip sesuatu. Dan kalian tau, apa yang ingin aku beli di Jogja? Hahaha, tiba-tiba aku pengen bakpia basah. Itu yang membuatku menghubungi beberapa temanku.

Salah satu temanku menanggapi sangat antusias, lainnya bingung karena aku aneh tiba-tiba ingin bakpia basah. Kadang, hidup memang serandom itu. Seketika aku menjadi teringat pada kutipan yang ditulis oleh Kalis Mardiasih pada buku Muslimah yang Diperdebatkan, Kalis mengungkapkan bahwa orang dewasa ingin memenangkan pertarungan, tak peduli cara-cara telah terlampau banal.

Dari kutipan itu aku menjadi sedikit mengernyitkan dahi, pasalnya ditengah dunia orang dewasa yang rakus, ditengah hiruk pikuk manusia yang dengan kekuasaan merasa haus, berdiri diantara segerompolan orang yang ingin mengumpulkan harta beratus-ratus, justru bagiku mengistirahatkan badan untuk memenuhi keinginan sederhana kita adalah nikmat yang luar biasa.

Selain dipenuhi dengan hal-hal random binti absurd, tapi ada beberapa part dalam hidupku yang kadang membuatku tak henti-hentinya bergumam, “yaAllah-yaAllah berat banget.” Tapi, kalau dipikir-pikir, part dalam hidup kita itu pasti ada batas waktu untuk selesai. Kadang justru hal random yang ingin kita lakukan adalah jalan untuk kita mampu bertahan.

Sebagaimana akhir-akhir ini, linimasa di instagram dan beberapa sosial mediaku dipenuhi dengan para remaja yang merasa memiliki sakit mental karena tidak kuat menjalani hidupnya. Kalau bahasa mereka ingin pulang tanpa dijemput (red: bunuh diri), tapi dari fenomena itu, ada tanggapan dari beberapa orang yang membuatku mengangguk setuju. Tanggapannya adalah: coba bertahan untuk hal-hal kecil, untuk bakso enak langgananmu, untuk mie ayam pinggir jalan yang biasa kamu beli, atau bertahan untuk keinginanmu yang belum tercapai. 

Kadang, hal-hal simpel yang kita inginkan dan itu dinilai random, bisa membuat kita mampu bertahan, loh. Ya seperti aku yang selalu bertahan buat kamu (ini becandaaaa, hahaha). Jadi, apa kesimpulan dari tulisan ini? Kesimpulannya adalah kalau ada masalah berat dalam hidupmu, randomin aja. Tidak usah repot-repot menyalahkan dan menggugat takdir. Tidak perlu menguras energi untuk pulang sendirian tanpa dijemput. Emang kalian nggak mau ya dengerin lagu Banda Neira di Banda Neira? Sebagai penyuka lagu Sampai Jadi Debu, aku sih pengen.

Maaf ya, tulisan ini memang berisi kerandoman, tapi sebenarnya aku menyelipkan beberapa makna. Terakhir, aku mau mengutip nasehat dari temanku, “Anggap saja kamu menulis untuk dirimu sendiri, bukan orang lain.” Nasehat itu dilayangkan olehnya saat aku merasa bingung harus nulis apa. Jika dikontekstualisasikan dengan keadaan, aku cuma mau bilang ke para pembaca, “Tetaplah hidup untuk dirimu. Kamu boleh menyenangkan dan berdedikasi untuk orang lain, tapi jangan lupa sama jiwa, hati dan ragamu sendiri. Kamu boleh menerangi, tapi opsi yang kamu pilih jangan seperti lilin. Terang, tapi dirinya sendiri terbakar.”

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url