Ancaman Perempuan di Media Sosial
Selain rentan mendapat catcalling sebagaimana tulisan saya beberapa waktu lalu, ternyata perempuan juga rentan mendapat hal-hal negatif di media sosial. Dan lagi-lagi, saya kembali harus memperoleh pengalaman menjadi perempuan yang juga digoda lewat media sosial.
Jika beberapa hari yang sudah saya lewati, saya mendapat catcalling dan dipepet oleh lima laki-laki ketika di jalan, tepatnya kemarin saat saya merebahkan diri dari aktivitas seharian sembari menulis, notif igku berbunyi. Sengaja aku abaikan, karena aku hanya fast respon kalau kamu yang ngajak chatingan hahaha canda.
Aku memang sengaja mengabaikan karena kupikir itu beberapa kader yang menandaiku di instagram sebagai penyelesaian tugas. Jadi aku tidak buru-buru untuk membukanya. Ketika senggang, aku lantas membuka ig dan yap ada akun yang asing menurutku mengirim dm.
Kupikir akun-akun halo dek gitu yaaa wkwk, tapi aku tidak langsung membuka dm, aku sengaja mencari tau terlebih dahulu itu akun siapa. Dari hasil pencarianku, dia mengikuti beberapa akun organisasi dan kampus, jadi aku pikir mungkin ini salah satu adik tingkatku yang bisa jadi aku lupa namanya atau dia lebih dulu kenal saya.
Dengan modal husnudzon itu, aku lantas membuka pesannya. Dan aku kaget, ternyata isi dmnya adalah dia kirim sebuah gambar screenshoot (ss) percakapan. Aku pikir dia mau mengajakku ghibah kali ya, ternyata ketika kubuka pesannya, isi ss itu adalah ya gitu pokoknya. Kaya percakapan dua orang yang, mohon maaf saya tidak sampai hati untuk menyampaikan di sini.
Aku langsung banyak-banyak iatighfar dan berpikir, ini dunia kenapa, sih. Pasalnya di akun instagramku ya isinya gak aneh-aneh, gak ngapa-ngapain, bisa-bisanya ada orang aneh kirim gambar ss percakapan aneh. Dunia emang udah segelap ini ya?
Tulisan ini sengaja belum aku timpali dengan perspektif apapun dan belum aku kaitkan dengan buku apapun. Aku cuma spechless aja sama dunia yang isinya manusia yang enggak berprikemanusiaan. Kalau lebih luas, mungkin kita bisa bertanya dimulai dari degradasi moral manusia hari ini tuh karena apa?
Aku langsung teringat dengan kasus suami tidur dengan ibu sendiri, atau kasus lainnya yang sebenarnya aku heran gitu kenapa si orang sampai segitunya berperilaku? Maksudku, ahhh gitulah.
Pada intinya, aku menyadari bahwa dunia emang sedang gelap-gelapnya. Jadi sebagai seorang perempuan, memang harus menjaga diri sebenar-benarnya. Jika Cokroaminoto pernah berpesan agar kita memiliki kriteria semurni-murninya tauhid, setinggi-tingginya ilmu, sepintar-pintar siasat. Rasanya-rasanya, banyak orang yang enggak menunjukkan hal itu di hari ini.
Karena itu salah satu kutipan favoritku waktu kuliah dulu, kurasa hari ini, kutipan itu masih relevan untuk menjaga diri. Bahwa ditengah gempuran dunia yang aneh, kita harus benar-benar berpegang kuat pada tauhid. Agar kita juga tidak terombang-ambing ditengah dunia yang enggak pasti ini. Cukup aku bingung karena ketidakpastianmu. Canda lagi.
Setinggi-tingginya ilmu juga bisa menjadi tameng untuk perempuan. Selain memang menjadi bekal sebagai sekolah pertama anak-anak kita, eh maksudnya anak-anak para perempuan gitu, perempuan memang harus membekali dirinya dengan ilmu yang baik. Karena ilmu juga bisa menjaga kita.
Terakhir sepintar-pintarnya siasat. Jika dilihat dari kacamata politik, maksudnya bagaimana menerapkan ilmu-ilmu perpolitikan dengan siasat-siasat atau lobi dan lain sebagainya, ya. Tapi aku beda, siasat di sini aku maksudnya kepada perempuan juga harus memiliki siasat, menyiasati perasaan meski belum dikasih kepastian misal. Canda terus.
Jadi siasat di sini adalah bagaimana kita bisa tetap berperan tanpa harus menimbulkan hal-hal negatif. Maksudku, ketika di sosial media bagaimana kita berupaya untuk tetap menyampaikan kebaikan atau sharing di media tapi tidak menimbulkan hal yang tidak-tidak.
Atau ketika kita bepergian dan kita harus sendirian menyiasati agar badan kita tidak begitu menjadi sorotan. Ya pada dasarnya siasat agar kita bisa tetap berperan dan tampil, tapi tidak diorientasikan kepada hal yang buruk.