Duta, Banda Neira dan Hal Random Lainnya
Salah satu hal yang aku inginkan dihidupku adalah bisa nonton konser Sheila On Seven. Keinginan itu bahkan sudah ada sejak aku kuliah, alasannya sesederhana karena aku suka dengan Sheila On Seven. Dari lagunya, value bandnya, sampai ke vokalisnya. Kalau udah ngomongin Duta (vokalis Sheila On Seven), aku bisa melting sendiri. Apalagi hari ini, sosial mediaku dipenuhi dengan konsernya. Gaya panggung, ekspresi, dan suaranya Duta itu loh yang bikin tambah terduta-duta. Tapi, aku mengutip pesan dari seorang seniorku di IMM yang dia juga termasuk penggemar Duta. Salah satu hal yang bisa dipelajari dalam diri Duta adalah semakin tua, semakin ganteng. Kita bisa mengambil pelajaran dari Duta bahwa dia ganteng untuk keluarganya (pasca menikah), bukan justru ganteng ketika jomblo untuk memikat para wanita. Beuh, dapat pesan kesetiaan dari mas Duta lewat perubahan fisiknya.
Lagu Sheila On Seven juga adalah lagu yang menemaniku menyelesaikan skripsi. Jujur, aku bukan termasuk orang yang suka mendengarkan lagu, mau galau atau gabut, aku lebih melakukan hal lain dibanding mendramatisir dengan mendengar lagu. Tapi, kalau lagi pengen ketika ngerjain tugas atau melakukan aktivitas, lagu yang aku dengerin adalah Sheila On Seven Full album wkwk. Langganan banget pencarianku ya gitu. Bahkan sekarang ketika aku memiliki spotify, playlistku ya lagu-lagunya Sheila On Seven. Karena lagu SO7 selain enak, juga sebenarnya banyak makna. Liriknya pas, maknanya dalem, suaranya juga khas. Benar-benar perpaduan yang ciamik. Selain lagu-lagu Sheila On Seven, kalau lagi pengen ya dengerin beberapa lagu kesukaan, seperti lagunya Banda Neira, Rehat dari Kunto Aji, atau Sudah lagunya Ardhito Pramono, dan beberapa lagu yang lagi aku suka seperti resah jadi luka. Yaps, referensi laguku hanya itu.
Hari ini aku banyak dibikin senyum-senyum sendiri karena sesuka itu aku melihat penampilan panggungnya Duta. Nggak heran, sampai sekarang list nonton konser Sheila On Seven tidak pernah tercoret dari daftar keinginanku. Walaupun aku sempat pesimis, bukan hanya soal biaya, tapi soal pakaian dan harus desak-desakannya itu loh, rame banget. Gimana kalau kita ketemu di caffe aja wahai Sheila On Seven? Ahaha, biar aku bisa menikmati penampilan kalian secara langsung tanpa terganggu oleh penonton lain.
Selain ingin nonton konser Sheila On Seven, keinginanku berikutnya adalah ingin denger lagu Sampai Jadi Debu milik Banda Neira di Banda Neira secara langsung. Jauh sebelum anak-anak muda yang terserang isu mental ingin bertahan demi keinginan ke Banda Neira untuk mendengarkan lagu Banda Neira, aku sudah lebih awal menuliskan itu, keinginanku itu aku sampaikan pada tahun 2019, saat aku semester 4 ketika di salah satu pantai yang ada di sini. Waktu itu aku sedang membuat vidio dan memutuskan lagu Banda Neira sebagai backsound. Alhasil dari kejadian itu, aku sudah memutuskan untuk mendengarkan lagu milik Banda Neira di Banda Neira.
Lagu Sampai Jadi Debu dalam kontekstualisasi pikiranku memiliki makna sebuah kesetiaan dan kebersamaan. Liriknya yang bikin terenyuh adalah; “Ku aman ada bersamamu.” Dari lirik itu aku belajar bahwa ketika kita memutuskan untuk berpasangan, kita harus saling memberi rasa aman. Menjadi rumah, memeluk untuk setiap gundah dan resah, menjadi partner berperan dan senantiasa berbenah. Apalagi intronya, sungguh romantis sekali. Rasanya ketika aku menikah dan ada sesi deep semacam baca puisi, aku akan memilih intro Sampai Jadi Debu sebagai pengiringnya.
Dari Banda Neira aku belajar bahwa meskipun tidak ada, kenangan itu akan terus bersama kita. Hari ini Banda Neira memang sudah bubar, tapi keberadaannya tidak pernah hilang. Ditelinga para penggemarnya, dimata pengagumnya, dan diantara kenangan-kenangan yang bertumpuk. Bahkan lagunya masih menjadi lagu romantis yang menemani langkah beberapa orang.
Selain keinginan nonton konser Sheila On Seven dan ingin mendengar lagu Banda Neira di Banda Neira, ada banyak hal sederhana yang sebenarnya menjadi listku. Seperti ingin merasakan naik kereta, ingin memberanikan diri untuk pergi sendirian ke tempat yang jauh, dan ingin foto di Surabaya, iya foto bersama Sura dan Baya.
Untuk hal-hal yang berani aku sebutkan di atas adalah hal yang masuk ke list sekedar keinginan yang aku tetap akan bisa biasa aja kalaupun tidak tercapai wkwk. Makanya aku berani menyampaikan ke khalayak umum. Tapi, ada beberapa hal rahasia yang mungkin bagi sebagian orang hanya bisa disampaikan ketika hal itu sudah berhasil didapatkan atau dicapai. Setiap kita memang memiliki rahasia; doa, harapan, dan perenungan. Ada yang ditulis, ada yang hanya diucapkan, dan ada sebagian besar yang hilang bersama air mata.
Harapan itu justru seperti air yang menumbuhkan semangat mencapainya. Lantas kenapa beberapa orang menyebutkan jangan banyak berharap karena nanti akan kecewa? Itu karena hatinya yang belum lapang mempersiapkan kehilangan dan ketidakseiringan rencana dengan realita. Bagiku, justru harapan dan keinginan adalah salah satu elemen dalam hidup yang membuat kita tetap berjalan. Bahkan dalam agama, salah satu kekuatan yang ampuh dimiliki oleh seorang hamba adalah doa. Kita berdoa itu memupuk harapan, karena kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi di waktu mendatang kan? Jadi kalau kita berharap, menurutku tidak papa, asalkan kita imbangi dengan mengasah hati agar menjadi luas, lapang, dan bersih. Jadi ketika di depan tidak sesuai dengan apa yang sudah kita rencanakan, kita akan legowo.