Perempuan dan Belenggu Definisi Kecantikan
Beberapa perempuan kerap mengandalkan kepercayaan dirinya pada penampilan. Perempuan biasanya lebih aware terhadap apa yang ia kenakan dan bagaimana keindahan fisiknya. Bagi beberapa perempuan, penampilan fisik adalah hal yang penting untuk menunjang kepercayaan diri dan menarik perhatian publik.
Keadaan ini ternyata mengakibatkan produk kecantikan menjadi beragam jenisnya. Jujur, sebagai perempuan yang sedikit awam dengan hal seperti itu kadang membuatku bingung ketika ada di toko kosmetik. Bingung milihnya, bingung ngepasinnya, dan bingung perbedaannya apa. Dari ujung rambut sampai kaki, setiap bagian tubuh perempuan memiliki jenis produk sendiri. Misal, untuk bulu mata ada serum bulu mata, maskara, dan alat penjepit bulu mata. Bayangkan, 1 bagian tubuh berupa bulu mata saja minimal ada 3 produk untuk merawatnya. Bagaimana dengan bagian yang lain. Tiba-tiba aku bergumam, “Ya emang perempuan itu mahal, bukan hanya dari kodrat, kedudukan dan kemuliaannya, tapi dari biaya perawatannya juga mahal.”
Tidak hanya soal produk kecantikan, tapi fashion juga perlu merogoh kantong sangat dalam. Sekedar info, gamis untuk perempuan itu mencapai angka 200an, loh. Hahaha. Terlepas dari produk kecantikan, mulai dari scincare yang dirutinkan dan make up yang digunakan, perempuan juga terjebak pada perspektif sosial mengenai definisi cantik. Tubuh ramping, molek, putih, tidak berjerawat dan penampilan yang mendatangkan perhatian banyak orang adalah mereka yang disepakati sosial adalah perempuan cantik.
Tren kecantikan modern mematok pada tubuh yang tinggi semampai, berhidung mancung, pipi tirus, bibir kemerahan, dan rambut hitam maupun berwarna bercahaya dan lain sebagainya. Sebagai sebuah keuntungan dan kebutuhan, produk kecantikan merupakan ladang yang tidak ada habisnya untuk digali atau dikembangkan. Standar kecantikan dimasifkan lewat media seperti, media daring atau media luring contohnya dikemas dalam iklan-iklan produk kecantikan.
Tidak disalahkan, karena merawat tubuh menurutku juga bentuk bersyukur. Hanya saja, stigma masyarakat yang terlalu meletakkan standar kecantikan perempuan berupa hal-hal di atas yang kemudian menggerus kepercayaan diri perempuan yang bisa jadi berbanding terbalik dengan ciri-ciri di atas.
Lantas, apakah definisi soal kecantikan tersebut bisa dirubah? Atau paling tidak digeser menjadi perspektif yang baru bahwa semua perempuan itu cantik dengan versinya masing-masing. Menurut saya, bisa. Bisa saja jika definisi kecantikan yang baru telah berubah di masyarakat secara umum.
Terakhir, hal-hal di atas mungkin menjadi muasal dari melejitnya industri kosmetik. Tapi terlepas dari hal itu, tulisan ini hanya bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada para perempuan bahwa kamu cantik dengan versimu. Sebagai seorang Muslimah, mungkin kita tidak asing dengan istilah inner beauty. Yap, sebagaimanapun usahamu tampil menarik, imbangilah dirimu untuk tetap cantik dari dalam.