Perempuan dan Dunia Barunya
Tahun ini termasuk tahun yang aku mulai dengan energi semangat yang luar biasa, aku berharap aku bisa lebih slow dan matang dalam menghadapi sesuatu hal di tahun ini juga berikutnya. Terutama soal apa yang harus aku jalani dan apa yang hadir dalam hidup kita. Aku mulai ingin menerapkan perkataan Nietzhe, “Lebih baik hidup dengan takdir yang menyakitkan, daripada mengubah sesuatu hal yang tidak bisa kita kendalikan.” Dunia baruku lebih ingin aku kemas menjadi dunia yang ridho terhadap ketetapan Allah. Sulit memang, tapi bukankah hidup akhirnya adalah untuk itu.
Lebih tenang terhadap sesuatu yang memang tidak bisa kita kendalikan. Pokoknya mengatur pikiran agar mampu menerapkan filsafat stoik. Kaya udah tau kalau hidup itu dinamis, ya emang tugas kita setrugle itu. Tapi mau setrugle apapun, kalau alasannya itu jelas, ya merasa gampang aja menjalaninya.
Semisal soal menulis, untuk membiasakan diri menulis setiap hari juga strugle. Bingung harus membahas apa, tapi karena enjoy menjalaninya yaa mudah aja terlewati. Yaudah, nanti semua urusan akan selesai pada waktunya.
Maybe, kalian diluar sana juga sedang mengalami struglenya masing-masing. Tapi, ternyata dunia ini memiliki warna baru setiap harinya. Kita tidak akan dibiarkan terpuruk selamanya, atau seneng seterusnya. Keteraturan semesta itu udah begitu rinci.
Kalau lagi inget teori gini, ya tenang gitu menjalani hidup. Tapi lagi-lagi, hidup ini kadang emang ngga berjalan sesuai dengan pengetahuan kita aja. Jadi wajar kalau kita berada di titik yang mengeluh menjani hidup. Hanya saja, sekarang aku lebih ingin memange diriku untuk mentoleransi kejadian yang emang itu tidak ada dalam kendaliku.
Sebenernya, tulisan ini ngga spesifik membahas apa-apa. Hanya saja, aku ingin memperkenalkan bahwa dunia itu selalu menawarkan hal baru setiap harinya, dan kita harus siap untuk menghadapinya.