Perempuan dan Perenungannya
Hari ini emang tidak mau berpikir berat untuk mencari tema akan menulis apa, pun gak ada sesuatu hal yang masuk di pikiranku untuk ditulis karena seharian ini aku menghabiskan waktu hanya di rumah. Sebenarnya, dari malam aku sudah mempersiapkan jadwal untuk pergi hari ini. Sengaja bangun lebih awal dan siap-siap lebih pagi, berharap hari ini bisa menghabiskan waktu dengan bahagia banget. Tapi, tiba-tiba yang mengajak janjian mengabari kalau dia harus kerja. Yasudahlah, diterima dengan lapang dada walaupun agak patah hati.
Mendengar kabar itu, aku memutuskan untuk tidak jadi keluar dan berpikir bahwa mungkin emang ini menjadi hari untukku beristirahat. Sembari scrol hp dan berdiskusi dengan temanku tentang rencanaku, aku teringat bahwa kuliah semester satuku sudah selesai, artinya nilai sudah ada. Kuputuskan untuk membuka nilai dan hasilnya, patah hati untuk kedua kalinya. Ada nilai yang menurutku kurang memuaskan dan ahh sudahlah, ini lebih patah dibandingkan dengan patah cinta.
Karena dua kali mengalami patah hati di hari yang sama, aku hari ini benar-benar menghabiskan waktu dengan tidak ngapa-ngapain. Hanya di kamar, keluar untuk keperluan makan. Sampe akhirnya aku sedih dah tiba-tiba merenung, yaAllah kasih petunjuk kenapa aku nggak tenang. Dan, kuputuskan membuka Alquran untuk menerapkan ilmu garputala, disitu aku kebetulan membaca terjemahan dari surah Fusilat ayat 30.
Dalam surah itu Allah mengabarkan kabar gembira kepada kita, “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati.” Nyambung banget dengan patah hatiku hari ini, dari yang gak jadi keluar karena ditinggal kerja sampai ke kenyataan bahwa ada nilai yang gak sesuai harapan. Tapi Allah menenangkan dengan kalimatnya.
Emang bener si kalimat bijak yang mengatakan bahwa ketika kamu ingin berbicara dengan Tuhan, berdoalah. Tapi ketika engkau ingin Tuhan berbicara denganmu, mengajilah. Dan ya meskipun sedikit drama karena agak tidak terima, tapi alhamdulillah Allah sendiri yang berbicara menenangkanku. Seketika teringat dengan nasihat Habib Jafar, katanya jadikanlah Allah itu seperti besti. Mungkin konotasi bagi beberapa orang kurang diterima ya, tapi maksudnya Habib Jafar itu kalau udah besti biasanya seseorang kan senantiasa terkoneksi, apa-apa maunya diceritain. Ya gitu, maksudnya agar kita senantiasa menjaga konektivitas dengan Tuhan.
Tapi aku jadi berpikir, aku yang seharian menggabut ternyata bisa mengambil 1 pesan spiritual dan bisa menjaga konektivitas dengan Tuhan, harusnya kemarin-kemarin ketika aku banyak aktivitas atau keluar dan banyak hal yang kujumpai, itu mampu membuatku membuka mata bahwa sekitar kita adalah sebuah nikmat yang memang disajikan oleh Allah sebagai sarana berbicara ke kita.
Tapi, sudah tidak perlu membahas yang sudah-sudah. Pada intinya aku menyadari, sebenarnya kita itu bisa menyediakan ruang dalam diri kita untuk mendengar pesan dari Allah dimanapun dan dalam keadaan apapun. Karena serius kalau lihat diriku hari ini yang emang gak ada semangat hidup wkwk, tiba-tiba bisa nemu insight yang deep.
Pada intinya memang seberapa kita mau membuka hati untuk melihat keadaan, sih. Karena kalaupun dikasih kejadian yang besar juga belum tentu membuat hati kita peka melihat apa maksud Tuhan menghadirkan cerita ini dalam hidup. Emang manis sih kalau hati kita masih digerakkan ke arah yang kita bisa melihat sesuatu dibaliknya. Manis banget, walaupun masih ada butiran penyangkalan, tapi tetap bisa tunduk karena kita punya batasan keyakinan.